ETNOSENTRISME: KEPENGARANGAN DALAM SYAIR PERANG MELAYU NUSANTARA

ETHNOCENTRIC: THE AUTHORSHIP IN THE SYAIR OF PERANG MELAYU NUSANTARA

  • Zubir Idris Pusat Penyelidikan Bitara Melayu (Bayu), Fakulti Sains Sosial Dan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan Malaysia.
Keywords: Kepengarangan, Etnosentris, kekuatan Bahasa, William Graham Sumner, Maruah, Cintakan Tanah Air, Taat Setia, Patriotisme, Pegangan Agama, Authorship, Ethnocentric, The Power of Language, Dignity, Love For The Motherland, Loyalty, Patriotism, Religious Faith

Abstract

Kepengarangan dalam syair-syair perang sesungguhnya memperlihatkan satu usaha bagaimana pengarangnya dengan cara yang kreatif mengembalikan wibawa masyarakat yang diwakilinya, sebagai tindakbalas terhadap konflik yang tercetus akibat kedatangan pihak penjajah. Artikel ini bertujuan memperkatakan tentang kepengarangan dalam beberapa syair perang pilihan seperti Syair Perang Mengkasar, Syair Peperangan Aceh dan Syair Perang Menteng. Artikel ini memanfaatkan model oleh William Graham Sumner yang mentakrifkan etnosentrisme sebagai kecenderungan menilai kebudayaan sendiri lebih tinggi daripada kebudayaan orang lain sebagai kerangka penulisan. Analisis intrinsik berdasarkan aspek kekuatan kebahasaan turut diteliti untuk meneliti bagaimana ia diajukan oleh pengarang bagi mengangkat etnosentrisme etnik Melayu Nusantara. Dapatan dalam artikel ini adalah, pengarang syair perang cenderung mengangkat etnosentris peribumi Melayu Nusantara (Makasar, Aceh dan Palembang) pada kedudukan yang tinggi dengan menggunakan kekuatan bahasa. Pemilihan diksi yang tepat selain penggunaan metafora, perbandingan dan perlambangan dalam syair-syair ini menjelaskan kesediaan mempertahankan maruah, Persatuan Penulis Budiman Malaysia Budiman Writers Association of Malaysia taat setia kepada raja/pemerintah, cintakan tanah air, bersemangat patriotisme dan pegangan agama yang kukuh sebagai asas bagi pengarang Melayu dalam mengangkat etnosentris mereka pada kedudukan yang tinggi dalam karya mereka. 

 

Authorship in the Malay war poems portray the creativity of its author in instilling the dignity of his community that he represents, as a response towards conflict due to colonialization. This article intends to explain authorship in sellected war poems such as, Syair Perang Mengkasar, Syair Peperangan Aceh and Syair Perang Menteng.Thus it applies William Graham Summers’ model that describes enthnocentrism as biasesness in placing a high value in one own culture as compared to others, as its framework of analysis. Intrinsic analysis on language is carried out to evaluate the author language usage in uplifting the Malay Nusantara ethnocenric. The findings in this article are, trough the power of language the authors of the war poems tends to uplift the ethnocentricism of the Malays of the Nusantara (Makasar, Acheh and Palembang). The choice of precise diction, metaphors, comparisons and symbology is best used to portray the readiness to defend dignity, patriotism, loyalty to the king / government and strong religious beliefs. These qualities are the basis for the Malay authors to raise their ethnocentric to a high position in their works.

How to Cite
Idris, Z. (1). ETNOSENTRISME: KEPENGARANGAN DALAM SYAIR PERANG MELAYU NUSANTARA . RUMPUN JURNAL PERSURATAN MELAYU, 5(1), 266 - 291. Retrieved from http://rumpunjurnal.com/jurnal/index.php/rumpun/article/view/56